BAB III MERAIH KESUKSESAN DENGAN KOMPETISI DALAM KEBAIKAN DAN ETOS KERJA


Kompetisi dalam Kebaikan dan Etos Kerja


                  

A. Q.S. Al-Maidah/5: 48 tentang Kompetisi dalam Kebaikan


1. Asbabun Nuzul Q.S. al-Maidah/5: 48 

Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya Q.S. al-Maidah/5: 48. Surat al-Maidah termasuk golongan surat Madaniyah, yakni surat yang turun setelah hijrahnya Nabi. Menurut riwayat Imam Ahmad, surat ini turun saat Nabi Saw. sedang menunggang unta. Bagian paha unta tersebut hampir saja patah karena sangat beratnya wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. Ibnu Abbas menjelaskan bahwa surat al-Maidah/5: 48 ini turun berkenaan dengan peristiwa ahli kitab yang meminta keputusan kepada Rasulullah Saw. atas persoalan yang sedang mereka hadapi. Pada awalnya, Nabi Saw. diberi dua pilihan, yakni memutuskan persoalan mereka atau mencari solusi di dalam kitab mereka masing-masing. Namun, Allah Swt. menurunkan ayat ini sebagai petunjuk bagi Nabi Saw. atas pertanyaan ahli kitab tersebut.


2. Menelaah Tafsir Q.S. al-Maidah/5: 48

Menurut tafsir al-Misbah, Q.S. al-Maidah/5: 48 mengandung pesan-pesan mulia sebagai berikut: 

a. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt. dengan haq (kebenaran), yakni haq dalam kandungannya, cara turunnya, maupun yang mengantarnya turun (Jibril a.s.).

b. Kitab Al-Qur’an berfungsi membenarkan kitab-kitab sebelumnya, yakni Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s., Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud a.s., dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Dalam hal ini Al-Qur’an adalah muhaimin terhadap kitab-kitab terdahulu karena ia menjadi saksi atas kebenaran kandungan kitab-kitab terdahulu.

c. Kitab suci Al-Qur’an juga menjadi pengawas, pemelihara, penjaga kitabkitab terdahulu dan menjadi tolok ukur kebenaran terhadapnya, serta menjadi saksi untuk keabsahannya. Dalam kedudukannya sebagai pemelihara, Al-Qur’an memelihara dan mengukuhkan prinsip ajaran Ilahi yang bersifat universal dan mengandung kemaslahatan abadi bagi umat manusia sepanjang masa.

d. Allah Swt. memerintahkan agar menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Hendaklah orang beriman memutuskan perkara berdasarkan kitab suci Al-Qur’an dan tidak boleh bertentangan dengannya. Bahkan dalam Q.S. al-Maidah/5: 3 dinyatakan bahwa agama Islam telah sempurna, nikmat yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada kaum muslimin sudah sempurna, dan Allah Swt. telah meridai Islam sebagai jalan kehidupan semua manusia. Maka tidak ada lagi alasan untuk meninggalkan sebagian ajarannya untuk berpindah pada ajaran lain.

e. Tiap-tiap umat memiliki aturan (syariat) yang akan menuntunnya menuju kebahagiaan abadi. Allah Swt. juga mengkaruniakan jalan terang (manhaj) yang dilalui oleh manusia dalam menjalankan aturan beragama.

f. Allah Swt. telah menjadikan syariat Nabi Muhammad Saw. sebagai penyempurna syariat para nabi terdahulu serta membatalkan syariat sebelumnya. Seandainya Allah Swt. menghendaki, niscaya umat Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s., dan umat Nabi Muhammad Saw. akan dijadikan satu umat saja. Tetapi hal ini tidak dikehendaki oleh Allah Swt.

g. Umat Islam diperintahkan untuk berlomba-lomba dengan sungguh-sungguh dalam berbuat kebaikan dan menghindari perdebatan yang tidak perlu hingga menghabiskan waktu sia-sia. Allah Swt. telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji siapakah di antara hamba-Nya yang taat dan durhaka. Bagi yang taat akan memperoleh pahala, sedangkan siksa bagi seseorang yang durhaka. Sesungguhnya semua manusia akan kembali kepada Allah Swt. dan akan diberitahukan apa yang telah diperselisihkan. Hal yang diperselisihkan ini adalah tentang kehidupan akhirat. Orang-orang kafir tidak percaya adanya akhirat. Karenanya mereka akan diberitahu dan mendapatkan balasan atas perbuatan mereka, yakni dimasukkan ke dalam api neraka. Sedangkan bagi orang mukmin yang beramal shalih, akan mendapatkan balasan surga.


3. Menerapkan Perilaku Kompetisi dalam Kebaikan untuk Meraih Kesuksesan 

Kalian pasti ingin mengamalkan pesan mulia yang terkandung dalam Q.S. al-Maidah/5: 48. Agar dapat berkompetisi dalam kebaikan, lakukanlah “M6” berikut ini, yaitu: 

a. Mengawali dengan basmalah
b. Melakukan dengan penuh semangat
c. Menjaga konsistensi
d. Mempelajari ilmu yang terkait
e. Membiasakan bekerja sama
f. Mengamati, meniru, dan memodifikasi 

Mengamati, meniru, dan memodifikasi amal kebaikan yang telah dilakukan oleh orang lain. Hal ini akan memudahkan dan memotivasi seseorang dalam beramal saleh. Karena sudah dicontohkan oleh orang lain, maka harus ada usaha untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas amal tersebut agar lebih baik dan nilai manfaatnya menjadi lebih besar.

Etos Kerja



B. Q.S. At-Taubah/9 : 105 tentang Etos Kerja



1. Terjemahan Q.S. At-Taubah/9 : 105 tentang Etos Kerja 

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)


2. Asbabun Nuzul Q.S. At-Taubah/9: 105 

Tidak ada sebab khusus yang melatarbelakangi turunnya Q.S. At-Taubah/9: 105 ini. Perlu diketahui bahwa ayat 105 terkait dengan ayat sebelumnya, yakni ayat 102-104. Pada ayat 102-104, Allah Swt. menganjurkan bertaubat dan melakukan kegiatan nyata, antara lain membayar zakat dan bersedekah. Pada ayat 105, Allah Swt. memerintahkan untuk melakukan beragam aktivitas lain, baik yang nyata maupun tersembunyi. 

Menurut kitab Lubabun Nuqul fii Asbaabin Nuzul Seusai berperang, Rasulullah Saw. bertanya: “siapakah orang-orang yang terikat di tiang ini?”, ada seseorang menjawab: “mereka adalah Abu Lubabah dan teman-temannya yang tidak ikut berperang. Mereka bersumpah tidak akan melepaskan ikatan tersebut, kecuali Rasulullah sendiri yang melepaskannya”. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: “aku tidak akan melepaskan mereka kecuali jika diperintahkan oleh Allah Swt.” Karenanya Allah Swt. menurunkan Q.S. At-Taubah/9: 102, kemudian Rasulullah Saw. melepaskan dan memaafkan mereka. 


3. Menelaah Tafsir Q.S. At-Taubah/9: 105 

Menurut tafsir al-Misbah, ayat ini mendorong manusia untuk lebih mawas diri dan mengawasi amal atau pekerjaan mereka. Allah Swt. mengingatkan mereka bahwa setiap amal baik atau buruk memiliki hakikat yang tidak dapat disembunyikan. Amal tersebut akan disaksikan oleh Allah Swt., Rasulullah Saw. dan orang-orang beriman. Pada hari kiamat, Allah Swt. akan membuka tabir penutup yang menutupi mata mereka sehingga mengetahui dan melihat secara langsung hakikat amal mereka sendiri. 

Selanjutnya simaklah pesan-pesan mulia yang terkandung dalam Q.S At-Taubah/9: 105 berikut ini: 

a. Allah Swt. memerintahkan untuk beramal saleh hingga manfaatnya bisa dirasakan oleh diri sendiri maupun masyarakat luas. Amal tersebut harus dilakukan dengan ikhlas karena mengharap rida dari Allah Swt.

b. Setiap amal akan dilihat oleh Allah Swt., Rasulullah Saw. dan mukminin di akhirat kelak. Lalu akan dibalas sesuai amal tersebut, jika amalnya baik maka mendapat pahala, sebaliknya jika amalnya buruk maka akan dibalas dengan siksa. Karenanya seorang muslim haruslah memperbanyak amal saleh ketika hidup di dunia.

c. Janganlah merasa amalnya sudah cukup banyak untuk bekal hidup di akhirat. Sifat ini akan menghambat munculnya keinginan untuk beramal saleh lagi. Tumbuhkan inisatif untuk melakukan amal saleh sehingga orang lain ikut tergerak untuk melakukannya. Pahala berlipat akan diberikan oleh Allah Swt. kepada orang yang memberi contoh tanpa mengurangi pahala mereka yang mencontoh.

d. Setiap manusia akan kembali ke kampung akhirat, dan menerima balasan amal perbuatannya. Seorang mukmin hendaklah jangan larut dengan gemerlap kehidupan duniawi hingga melalaikan akhirat yang kekal abadi.


4. Menerapkan Perilaku Etos Kerja untuk Meraih Kesuksesan

Praktik kerja keras sudah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. sejak beliau masih kanak-kanak. Tercatat dalam sejarah bahwa pada usia 12 tahun sudah berniaga hingga ke negeri Syam bersama Abu Thalib. Demikian pula sahabat Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib merupakan figur teladan dalam bekerja keras.

Pada suatu hari Rasulullah Saw. masuk ke masjid dan melihat Abu Umamah, salah satu sahabat Anshar sedang duduk termenung seperti sedang merasa susah. Nabi Saw. bertanya: “mengapa engkau duduk sendirian di masjid, padahal ini bukan saatnya mengerjakan salat?”. Abu Umamah menjawab: “Saya ini sedang banyak hutang, pailit, dan tidak punya semangat untuk bekerja. Saya selalu diliputi perasaan cemas dan ragu”. Mendengar jawaban tersebut, Rasululullah Saw. memberi nasihat kepada Abu Umamah, “jauhilah perasaan ragu dan putus asa, malas dan lemah kemampuan, pengecut dan kikir, gemar berhutang, dan hubungan kurang baik dengan sesama manusia”. Abu Umamah bersungguh-sungguh melaksanakan semua nasihat tersebut. Akhirnya kehidupan Abu Umamah menjadi lebih baik dan bahagia. 

Kisah di atas merupakan kisah seorang sahabat yang memiliki etos kerja tinggi. Tentunya sifat mulia ini perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Secara rinci, tujuan bekerja dalam Islam adalah sebagai berikut:

1) Meraih rida Allah Swt. 

Bekerja dalam Islam bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi untuk menghambakan diri kepada Allah Swt. dan meraih rida dari-Nya. Semua aktivitas seorang muslim di dunia ini seyogyanya diarahkan untuk meraih rida Allah Swt. 

2) Menolak kemunkaran 

Kemunkaran dapat terjadi pada seseorang yang menganggur. Sebab ada bisikan hawa nafsu dan syahwat yang dapat menjerumuskannya ke dalam kemungkaran. Seseorang yang mengisi waktunya untuk bekerja berarti telah berhasil menghalau sifat malas dan menghindari dampak negatif pengangguran. 

3) Kepentingan amal sosial 

Islam mengajarkan umatnya untuk beramal sosial atau bersedekah sesuai kemampuan yang dimiliki. Bagi seorang muslim yang bekerja, tenaga dan hasil pekerjaannya dapat digunakan untuk bersedekah. 

4) Memberi nafkah keluarga 

Seorang suami sebagai kepala keluarga berkewajiban memberikan nafkah lahir dan batin. Untuk memberikan kehidupan yang layak kepada anak dan istrinya, maka seorang suami harus rajin bekerja keras.



YUK SIMAK VIDEO BERIKUT INI 
👇

(berkompetensi dalam kebaikan)



(etos kerja)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB II MENJAUHI PERGAULAN BEBAS UNTUK MELINDUNGI HARKAT MARTABAT MANUSIA

BAB I MENJAUHI PERBUATAN ZINA UNTUK MELINDUNGI HARKAT MARTABAT MANUSIA